Peninggalan Kerajaan Majapahit
PENINGGALAN KERAJAAN MAJAPAHIT
1. Situs Trowulan
Situs Trowulan merupakan situs perkotaan
masa klasik di Indonesia, dengan luas 11 km x 9 km. Cakupan wilayahnya meliputi
Kecamatan Trowulan dan Sooko di Kabupaten Mojokerto dan Kecamatan Jombang.
Dalam situs ini, tidak hanya berupa tempat tinggal. Situs ini juga terdapat
situs lain, seperti situs untuk upacara, sawah, pasar, waduk, dan lainnya.
Situs Twowulan ini sudah digunakan sebagai pemukiman sejak abad ke X-XV. Penemuan situs ini dilakukan oleh W. Wardenaar pada tahun 1815. Penelitian tersebut dilakukan atas perintah Thomas Stamford R, untuk mendata peninggalan di Mojokerto. Data dari penelitian digunakan untuk penulisan buku “The History of Java“.
2. Candi Sukuh
Candi Sukuh adalah salah satu peninggalan Kerajaan Majapahit yang terletak di Desa Berjo, Karanganyar, Jawa Tengah. Peninggalan ini dibangun sekitar tahun 1437 masehi dengan bentuk piramid dan memiliki warna sedikit merah. Warna merah didapat dari batuan penyusunya, yaitu batu andesit. Ditemukan pada tahun 1815 oleh Johnson yang ditugaskan untuk pengumpulan data oleh Thomas Stanford R.
3. Candi Jabung
Candi Jabung terletak di Desa Jabung,
Probolinggo, Jawa Tengah. Bangunan ini disusun dari bata merah. Ketika
melakukan perjalanan keliling Jawa Timur, Raja Hayam Wuruk dikatakan pernah
singgah. Candi Jabung bercorak Hindu, dengan struktur bangunan hampir sama
dengan Candi Bahal peninggalan Sriwijaya. Bangunan ini disusun dari batu merah
lengkap dengan ukiran relief.
Arsitektur bangunan ini terdiri dari bagian
batur, kaki, tubuh, dan atap. Candi ini memiliki bentuk tubuh bulat, di atas
kaki candi tingkat tiga berbentuk persegi. Atapnya memiliki bentuk stupa yang
dilengkapi motif suluran, namun sudah runtuh pada puncaknya.
Arsitektur bangunan ini terdiri dari bagian batur, kaki, tubuh, dan atap. Candi ini memiliki bentuk tubuh bulat, di atas kaki candi tingkat tiga berbentuk persegi. Atapnya memiliki bentuk stupa yang dilengkapi motif suluran, namun sudah runtuh pada puncaknya.
4. Gapura Bajang Ratu
Bangunan gapura ini terletak di Desa Temon, Trowulan, Mojokerto. Dalam kitab Negarakertagama, gapura ini berfungsi sebagai pintu masuk ke bangunan suci. Menurut perkiraan, bangunan ini adalah gapura terbesar sepanjang masa Kerajaan Majapahit. Gapura ini memiliki struktur vertikal dengan tiga bagian, yaitu kaki, badan, dan atap. Pada bagian Gapura ini terdapat Relief Sri Tanjung yang dipercaya sebagai penangkal bahaya. Selain itu juga terdapat relief Ramayana.
5. Candi Tikus di Majapahit
Peningalan berupa Candi Tikus ini terletak di
Desa Bejijong, Trowulan, Mojokerto. Disebut sebagai candi tikus, dikarenakan
saat ditemukan menjadi sarang tikus. Bangunan ini memiliki bentuk seperti
petirtaan, sehingga banyak disebut sebagai tempat pemandian keluarga kerajaan.
Tak sedikit juga yang menganggap candi ini sebagai tempat menampung air untuk
keperluan masyarakat di Kerajaan Majapahit.
6. Candi Surawana
Peninggalan ini terletak di Desa
Canggu, Pare, Kediri. Peninggalan Kerajaan Majapahit ini memiliki nama asli
candi Wishnubhawanapura yang dibangun pada abad ke 14. Candi ini dibangun untuk
memuliakan Bhre Wengker, yang merupakan Raja Kerajaan Wengker, yang berada di
bawah kekuasaan Majapahit.
Struktur bangunannya memiliki luas 8 meter x 8 meter dan dibangun dengan batu andesit. Semua bagian tubuh candi sekarang sudah hancur dan hanya tersisa kaki candi setinggi 3 meter.
7. Candi Cetho
Peninggalan Kerajaan Majapahit ini terletak
di Dusun Ceto, Desa Gumeng, Karanganyar, Jawa Tengah. Ditemukan pada 1842
berkas arkeolog dari Belanda yang bernama Van de Vlies. Bangunan peninggalan
Kerajaan Majapahit ini bercorak Hindu, sehingga sering digunakan peziarah Hindu
untuk pemujaan. Candi ini ditemukan dalam bentuk reruntuhan yang memiliki 14
punden berundak dengan bentuk memanjang dari barat ke timur.
Pada Candi Cetho ini ditemukan relief yang berbentuk tubuh manusia yang seperti wayang kulit. Pada relief ini wajahnya menghadap ke samping dan tubuh menghadap ke depan.
8 Candi Pari
Bangunan peninggalan kerajaan ini terletak
di Desa Candi Pari, Kecamatan Porong, Sidoarjo. Dikatakan bahwa candi ini
dibangun pada masa pemerintahan Hayam Wuruk. Dibangun dengan batu bata segi
empat seperti pura di Bali dan menghadap ke arah barat. Berdasarkan tulisan J.
Knebel dalam laporannya, candi ini dibangun untuk mengenang hilangnya adik
angkat dan sahabat dari putra Prabu Brawijaya.
Jika dilihat, peninggalan Kerajaan Majapahit ini arsitekturnya mirip dengan budaya Campa dari Vietnam. Hal tersebut mungkin dikarenakan Majapahit mungkin pernah menjalin hubungan dengan Vietnam.
9. Candi Brahu
Candi ini terletak di Desa bejijong, Kecamatan Trowulan, Mojokerto. Peninggalan Kerajaan Majapahit ini masuk dalam kawasan situs arkeolog Trowulan. Bangunan ini dibuat oleh Mpu Sindok dan digunakan untuk tempat pembakaran jenazah raja-raha Majapahit. Candi ini memiliki gaya Buddha. Pembangunanya menggunakan batu bata merah. Bangunan ini memiliki panjang 22,5 m dengan lebar 18 m dan tinggi mencapai 20 m.
10. Candi Wringin Branjang
Candi Wringin Branjang ini letaknya ada di Desa Gadungan, Gandungsari, Blitar. Bentuk candi ini terlihat sederhana dan tidak ada kaki candinya, hanya ada atap dan badan candi saja. Ukuran candi ini diperkirakan panjang 4m dengan lebar 3m dan tingginya 5m. Pada bagian dindingnya tidak dilengkapi dengan relief, namun terdapat lubang ventilasi. Diperkirakan, fungsi dari peninggalan Kerajaan Majapahit ini adalah untuk tempat penyimpanan alat upacara dan sejenisnya.
11. Gapura Wringin Lawang
Peninggalan Kerajaan Majapahit berupa gapura
ini terletak di Dewa Jatipasar, Trowulan, Mojokerto. Bangunan ini dibuat dari
batu bata merah, dengan tinggi mencapai 15,5m dan diperkirakan dibangun pada
abad ke 14 Masehi. Banyak ahli berpedapat bahwa peninggalan Kerajaan Majapahit
ini adalah pintu gerbang ke kediaman Patih Gajah Mada serta bangunan penting di
Majapahit.
Prasasti Kerajaan Majapahit
-Prasasti Alasantan (939 Masehi), ditemukan di Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto
-Prasasti Kamban (941 Masehi), ditemukan tertulis dalam bahasa Kawi
-Prasasti Hara-Hara (966 Masehi), dikenal juga sebagai prasasti Trowulan VI
-Prasasti Maribong (1264 Masehi), dikenal juga sebagai prasasti Trowulan II
-Prasasti Wurare (1289 Masehi), ditemukan di daerah Kandang Gajak di Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto
-Prasasti Kudadu (1294 Masehi), ditemukan di lereng Gunung Butak di wilayah perbatasan Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang.
-Prasasti Sukamerta (1296 Masehi), ditemukan di
Gunung Penanggungan, dikenal juga sebagai Prasasti Raden Wijaya.
-Prasasti Butulan (1298 Masehi), ditemukn di Kawasan Pegunungan Kapur Utara di Kabupaten Gresik
-Prasasti Balawi (1305 Masehi), ditemukan di Desa Blawi di wilayah Kabupaten Lamongan
-Prasasti Canggu (1358 Masehi), dikenal juga sebagai prasasti Trowulan I
-Prasasti Biluluk I (1366 Masehi), ditemukan di Kecamatan Bluluk, Kabupaten Lamongan
-Prasasti Karang Bogem (1387 Masehi), ditemukan di Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik
-Prasasti Katiden (1392 Masehi), ditemukan di wilayah Kabupaten Malang
-Prasasti Biluluk II (1393 Masehi), ditemukan di Kecamatan Bluluk, Kabupaten Lamongan
-Prasasti Biluluk III (1395 Masehi), ditemukan di Kecamatan Bluluk, Kabupaten Lamongan
-Prasasti Lumpang (1395 Masehi), ditemukan di wilayah Kabupaten Malang dan dikenal sebagai prasasti Katiden II
-Prasasti Waringin Pitu (1447 Masehi), ditemukan di wilayah Kabupaten Mojokerto
-Prasasti Marahi Manuk, ditemukan di wilayah Kabupaten Mojokerto.
-Prasasti Parung, ditemukan di wilayah Kabupaten Mojokerto
Kitab Peninggalan Kerajaan Majapahit
-Kitab Sutasoma, dikarang oleh Empu Tantular
-Kitab Arjunawiwaha, dikarang oleh Empu Tantular
-Kitab Kutaramanawa, dikarang oleh Gajah Mada
-Kitab Kunjakarna, tidak diketahui siapa pengarangnya
-Kitab Parthayajna, tidak diketahui siapa pengarangnya
-Kitab Pararaton, tidak diketahui siapa pengarangnya
-Kitab Sudayana, tidak diketahui siapa pengarangnya
-Kitab Ronggolawe, tidak diketahui siapa pengarangnya
-Kitab Sorandakan, tidak diketahui siapa pengarangnya
-Kitab Panjiwijayakarma, tidak diketahui siapa pengarangnya
-Kitab Usana Jawa, tidak diketahui siapa pengarangnya
-Kitab Usana Bali, tidak diketahui siapa pengarangnya
-Kitab Tantu Panggelaran, tidak diketahui siapa pengarangnya
-Kitab Calon Arang, tidak diketahui siapa pengarangnya
Tidak ada komentar