Sejarah Kerajaan Singasari - Sejarah Sebelum Majapahit


KERTANEGARA SANG PENGUASA

Kertanegara dalam sejumlah literatur sejarah dikenal sebagai raja yang berperangai cukup keras, tegas, dan pemberani. Di bidang keagamaan Kertanegara dikenal karena telah menyatukan dua agama yaitu agama Hindu Siwa dan Buddha Tantrayana, karena itu serat pararaton menyebutnya sebagai Bhatara Siwa Buddha sementara Kakawin Negarakertagama menyebutnya sebagai Sri Jnana Badjreswara. 

Kebanyakan literatur kuno menganggap Kertanegara adalah sosok yang dianggap telah masuk tataran pemahaman agama yang tinggi sehingga apa yang nampak di permukaan menunjukan sikap cenderung nyeleneh, salah satunya adalah menjadikan minuman keras sebagai bagian dari ritual kesehariannya meski demikian Kertanegara berhasil menuliskan sejarah Kerajaan Singasari yang pusat kekuasaannya diperkirakan di seputar Malang, Jawa Timur sebagai kerajaan besar yang mempunyai kekuasaan luas mulai Bali hingga Sumatra. 

Kertanegara berusaha menaklukan Sriwijaya yang kala itu sudah mulai lemah dengan ekspedisi militer yang dikenal dengan nama Pamalayu, namun selain secara militer Kertanegara juga memperluas kekuasaannya dengan cara kekerabatan diantaranya dengan menikahkan adik perempuannya dengan raja Kerajaan Campa.

GESEKAN POLITIK

Meski memiliki Maha Patih yang bertugas sebagai Perdana Menteri yakni mengelola jalannya pemerintahan, Kertanegara sering tidak menganggap adanya tugas atau jabatan tersebut. Maha Patih Raganata akhirnya terpaksa mengundurkan diri karena merasa tidak berguna lagi. 

Kertanegara justru tidak keberatan dan bahkan menanggapi Patih baru bernama Kebo Anengah Aragani yang sama-sama suka minum minuman keras. Lengsernya Mpu Raganata membuat sejumlah pejabat Singasari tidak dapat lagi menyembunyikan kekecewaannya. Politisi senior sekaligus ahli siasat bernama Arya Wiraraja terang terangan menentang Aragani maupun rencana ekspedisi Pamalayu. 

Perdebatan degan Kertanegara berujung pada perlengserannya sebagai rakrian demung menjadi bupati disebuah daerah tandus, kering, dan susah untuk ditanami hingga berjuluk tanah merah daerah itu bernama Sumenep, Madura. Namun demikian, kelak dikemudian hari Arya Wiraraja justru berhasil mengembangkan daerah ini sebagai pelabuhan maju dan mempunyai pasukan tempur marinir yang tidak bisa dianggap enteng.

KUDETA MILITER DAN GANGGUAN EKSTERNAL

Pemindahan Arya Wiraraja ke Madura membuat kekecewaan diantara para pejabat makin meluas. Sejumlah perwira menengah Kelana Bhayangkari yang bertugas semacam pas pampres dan harusnya menjaga keselamatan raja justru membrontak di bawah pimpinan Baya. Baya diduga adalah salah satu pengikut mantan Patih Raganata yang tidak terima kepemimpinannya berada di bawah kendali Patih Aragani.

Setelah Baya dan pasukannya berhasil ditumpas, Mahisa Rangkah dan perwira yang lain melakukan perang geriyla dan menggangu kenyamanan hidup rakyat Singasari. Namun tak tik ini menjadi brunder karena rakyat justru menganggapnya perusuh dan perampok sehingga rakyat  bekerjasama dengan pemerintahan Kertanegara menumpas pembrontakan Mahisa Rangkah. Selama sembilan tahun Singasari tidak diwarnai perselisihan. 

Namun secara tidak diduga seorang duta Mongolia utusan Kaisar Kubilaikan bernama Meng Xhi membawa surat yang isinya meminta Raja Jawa dalam hal ini Kertanegara untuk takluk dan bergabung dengan wilayah kekaisaran Mongol. Kertanegara memotong telinga Meng Xhi dan menempelkan besi panas berlogo tanda maling di wajahnya. Penghinaan ini sekaligus menjadi tantangan perang terhadap Mongol, sehingga Kubilaikan dikemudian hari mengorganisir puluhan ribu pasukan dari 3 suku tempur terbaiknya bersiap menyerang Jawa.

DENDAM LELUHUR

Nijemen yang morak marik di Singasari akibat tidak memiliki ahli tata kelola yang baik setelah ditinggal Patih Raganata tidak adanya ahli strategis seperti Arya Wiraraja. Terlampau banyaknya militer yang mengikuti ekspedisi Pamalayu dan tinggal sedikitnya Kelana Bhayangkari yang masih setia pada raja, membuat raja bawahan Jaya katwang dari gelang-galang atau sekitar Madiun saat ini mendapat peluang kudeta. 

Jaya Katwang memang menyimpan dendam karena leuhurnya Kertajaya tewas oleh leluhur Kertanegara, Ken Arok. Selain itu Jaya Katwang merupakan salah satu murid politik Arya Wiraraja yang tidak terima sahabat sekaligus gurunya itu dipindahkan ke Madura. Diam-diam mereka masih saling berkunjung dan saling mengirim utusan membicarakan suasana politik Singasari terupdate. 

Hingga suatu ketika Jaya Katwang memperkuat niatnya mengkudeta Kertanegara dengan lebih dulu berkonsultasi dengan Arya Wiraraja. Arya Wiraraja tidak menyetujui dan tidak juga mendukung. Sebagai konsultan, dia hanya memberikan pandangan profesionalnya lewat surat rahasia yang dibawa oleh anaknya sendiri, saudara Ranggalawi yang bernama Wirondaya. 

BESAN VS MERTUA

Membaca surat ini, Jaya Katwang makin menguatkan niatnya dengan memulai penyerangan dari wilayah utara Singasari. Arda Raja anaknya yang sesungguhnya adalah menantu Kertanegara sendiri mendukung kudeta tersebut. Wilayah utara Singasari rusak berat. 

    Semula Kertanegara tidak percaya menantunya memimpin penyerangan ini, namun ketika seorang prajurit yang luka parah menghadap barulah Kertanegara percaya dan menyuruh menantunya yang lain Diah Wijaya untuk menghadapi Arda Raja. Diah Wijaya dibantu oleh para perwira militer sekaligus saudara-saudaranya seperti Lembu Peteng dan Gajah Pangon. 

TUMBANGNYA KEKUASAAN SECARA TOTAL

    Ketanegara rupanya termakan siasat Jaya Katwang, sesungguhnya pasukan utara hanya untuk memancing kekuatan utama Singasari yang tersisa keluar sarang menuju tempat lain. Keraton dimasuki ribuan ombak tak terbendung justru dari sisi selatan dibawah pimpinan Patih Kebo Mundarang. Kebo Mundarang tidak menyisakan satu orang pun di istana bahkan para pemuka agama, istri, dan keluarga Singasari yang tidak terlibat politik pun dihabisi. Patih Kebo Anengah Aragani yang melakukan perlawanan dalam keadaan mabuk, tewas di balai Manguntur. Permaisuri Sri Bajra Dewi dan mantan Patih Mpu Raganata yang telah diturunkan jabatannya menjadi jaksa turut dibunuh juga. Berdasarkan Negarakertagama arwah Kertanegara dicandikan bersama Permaisuri Sri Bajra Dewi di Sakala sebagai Wairocana dan Locana dengan lambang arca tunggal Ardhanareswari. 


PENINGGALAN KERAJAAN SINGASARI 

1. Candi Singasari

Candi Singasari terletak di Singasari, Kabupaten Malang yaitu di lembah antara Gunung Arjuna dan Pegunungan Tengger. Dalam Nagarakretagama dan Prasasti Gajah Mada disebutkan bahwa candi ini merupakan kediaman terakhir dari Raja Kertanegara.

2. Candi Jago

Candi Jago merupakan peninggalan Kerajaan Singasariyang bentuknya unik karena susunannya yang berupa teras punden berundak yang bagian atasnya hanya tersisa sebagian. Candi yang disebut pernah disambar petir ini diperkirakan merupakan candi yang digunakan Raja Kertanegara untuk beribadah.

3. Candi Kidal

Candi Kidal merupakan candi yang dibangun sebagai tanda penghormatan kepada raja kedua Kerajaan Singasari yaitu Anusapati yang memerintah selama kurang lebih 20 tahun sejak tahun 1227 hingga 1248.

4. Candi Sumberawan

Candi Sumberawan merupakan satu-satunya stupa yang ditemukan pada lokasi kurang lebih 6 kilometer dari Candi Singasari. Candi ini letaknya di dekat telaga yang airnya sangat jernih dan pemandangan yang dilihat dari candi ini terlihat indah sehingga dinamakan Candi Sumberawan.

5. Candi Jawi

Candi peninggalan Kerajaan Singasariyang terletak di pertengahan jalan raya antara Pandaan – Prigen serta Pringebukan ini merupakan tempat yang digunakan untuk menyimpan abu dari Raja Kertanegara. Meski begitu, candi ini sering dikira tempat ibadah bagi umat Buddha.

6. Arca Dwarapala

Arca yang merupakan satu-satunya arca yang ditinggalkan oleh Kerajaan Singasari ini memiliki ukuran yang sangat besar dan berbentuk seperti monster. Arca Dwarapala disebut-sebut sebagai tanda masuknya seseorang ke wilayah Kotaraja Singasari. Namun karena letak Kotaraja tidak dapat ditemukan dengan pasti, arca ini dikategorikan sebagai peninggalan Kerajaan Singasari.


PRASASTI KERAJAAN SINGASARI 

1. Prasasti Singasari

Prasasti peninggalan Kerajaan Singasari ini ditemukan di daerah Singasari, Kabupaten Malang. Prasasti yang dibuat pada tahun 1351 Masehi dan ditulis menggunakan aksara jawa ini dibuat untuk mengenang pembangunan candi pemakaman oleh Mahapatih Gajah Mada. Prasasti ini berisi tanggal serta penggambaran letak benda angkasa serta maksud dan arti dari prasasti ini.

2. Prasati Wurare

Prasasti ini dinamakan Prasasti Wurare karena merupakan sebuah peringatan penobatan arca Mahaksobhya di tempat yang disebut Wurare. Prasati ini dibuat sesbagai penghormatan sekaligus pelambang bagi Raja Kertanegara yang dianggap telah mencapai derajat Jina. Prasasti ini ditulis menggunakan bahasa Sansekerta dan bertanggal 21 November 1289.

3. Prasasti Manjusri

Prasati ini merupakan prasasti Kerajaan Singasari yang berbentuk manuskrip yang dibuat di bagian belakang arca Manjusri pada tahun 1343. Prasasti ini awalnya disimpan di Candi Jago, namun prasasti ini sekarang disimpan di Jakarta yaitu di Museeum Nasional.

4. Prasasti Mula Malurung

Prasasti ini berbentuk lempengan-lempengan tembaga yang diterbitkan Raja Kertanegara atas perintah ayahnya pada tahun 1255. Prasasti ini merupakan piagam penganugerahan sekaligus pengesahan Desa Mula dan Desa Malurung pada seorang yang bernama Praranaja.


Sumber 
https://www.youtube.com/watch?v=G-FaKrIT8Ug&t=9s
https://tedas.id/pendidikan/sekolah/peninggalan-kerajaan-singasari/

Tidak ada komentar

Gambar tema oleh billnoll. Diberdayakan oleh Blogger.